Pertemuan 2 B
Selamat datang kembali para Tim Dosen Filsafat blok 2 ke blog saya yang sederhana ini. Pada post-an kali ini, saya akan menceritakan kembali materi yang saya dapat pada hari/tanggal, Selasa 17 September 2014, tentang Aksiologi dan Manfaatnya dalam Ilmu Pengetahuan. Maka dengan ini, saya akan mulai menceritakannya.
Aksiologi dan Manfaatnya dalam Ilmu Pengetahuan
©
Hakekat
Aksiologi
Aksiologi
yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, layak, pantas, patut
dan Logos yang berarti teori, pemikiran. Jadi Aksiologi adalah "teori
tentang nilai". Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsiaten
untuk perilaku etis. Dewasa ini perkembangan ilmu sudah melenceng jauh dari
hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya, melainkan bahkan kemungkinan menciptitakan tujuan
hidup itu sendiri.
©
Kategori
Dasar Aksiologi
Menurut
Susanto (2011) mengatakan, ada dua kategori dasar aksiologi: Objectivism & Subjectiviam. Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu:
a.
Teori Nilai Intuitif (The Intuitive
Theory of Value)
Menurut teori ini, sangat sukar jika
tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefimisikan suatu perangkat nilai yang
absolut.
b.
Teori Nilai Rasional (The Rational
Theory of Value)
Menurut teori ini, janganlah percaya
pada nilai yang bersifat obiektif dan murni independen dari manusia.
c.
Teori Nilai Alamiah (The
Naturaliatic Theory of Value)
Menurut teori ini nilai, diciptakan
manusia bersama dengan kebutuhan dan hasrat yang dislaminya.
d.
Teori Nilai Emotif (The Emotive
Theory of Value)
Jika tiga aliran sebelumnya
menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang
bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan 43 faktual melainkan hanya
merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku.
©
Nilai dan Manfaat Aksiologi
Terdapat
empat pengelompokan nilai, yaitu: (1) kenikmatan, (2) kehidupan, (3) kejiwaan,
dan (4) kerohanian. Dalam Encliclopedya
of Philosophy dijelaskan, aksiologi value
and valuation ada tiga bentuk:
1.
Nilai digunakan sebagai kata benda
abstrak.
2.
Nilai sebagai kata benda konkret.
3.
Nilai juga digunakan sebagai kata
kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai.
Nilai
kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat
ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal sebagaimana dikemukakan Idzan Fautanu (2012), yaitu:
1.
Filsafat sebagai kumpulan teori
digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
2.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
3.
Filsafat sebagai metodologi dalam
memecahkan masalah.
Adapun
dalam Encyclopedia of Philosophy
dijelaskan aksiologi dinamakan dengan value
and valuation:
1.
Nilai digunakan sebagai kata benda
abstrak.
2.
Nilai sebagai kata benda konkret.
3.
Nilai juga dipakai sebagai kata
kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, atau dinilai.
Teori
tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika di
mana makna etika memiliki dua arti, yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya.
Nilai
itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan
objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif apabila subjek berperan dalam memberi
penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian,
nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan yang akan mengarah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.
Selanjutnya
dikatakan berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu
itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat
mengubah wajah dunia. Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: Pertama, etika
merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan
manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan, atau manusia yang lain. Nilai itu objektif atau subjektifkah sangat
tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat.
Gagasan
aksiologi dipelopori juga oleh Lotze Brentano, Husserl, Scheller, dan Nocolai
Hatmann. Scheller mengontraskan dengan praeksologi, yaitu pengertian umum
mengenai hakikat tindakan, secara khusus bersangkutan dengan dientologi, yaitu
teori moralitas mengenai tindakan yang benar. Dengan demikian, kita mengenai
aksiologi alam dua jenis, yaitu etika dan estetika. Etika dalam bahasa Yunani ethos, yang artinya kebiasaan atau habit atau custom. Estetika merupakan bagian filsafat yang mempersoalkan
penilaian atas sesuatu dari sudut indah dan jelek, secara umum estetika
mengkaji mengenai apa yang membuat rasa senang.
Mengenai
hakikat nilai banyak dikemukakan diantaranya teori valuntariame. Menurut kaum
hedoniame menyatakan bahwa hakikat nilai yaitu "pleasure" atau kesenangan. Semua manusia mengarah pada
kesenangan. Menurut forma-lism nilai
yaitu kemauan yang bijaksana yang didasarkan pada akal rasional. Menurut
pragmatisme, nilai itu baik apabila memenuhi kebutuhan dan memiliki nilai
instrumental, sebagian alat untuk mencapai tujuan.
Adapun
tipe nilai dapat dibedakan antara lain intrinsik dan nilai instrumental. Nilai
intrinsik merupakan nilai akhir yang menjadi tujuan, sedangkan nilai
instrumental merupakan alat untuk mencapai nilai intrinsik. Yang dimaksud
dengan kriteria nilai yaitu sesuatu yang menjadi ukuran nilai, bagaimana nilai
yang baik, dan bagaimana nilai yang tidak baik. Kaum hedoniame menemukan nilai
sejumlah "kesenangan" (pleasure) yang dicapai oleh individu atau
masyarakat. Bagi kaum pragmatic, kriteria nilai yaitu "kegunaannya"
dalam kehidupan bagi individu atau masyarakat.
Adapun
yang dimaksud metafisik nilai yaitu bagaimana hubungan nilai-nilai itu dengan
realitas, dan dibagi menjadi tiga bagian: Pertama, subjektivisme: value ia entirely dependent on and relative
to human experience of it. Kedua, logikal objektivisme, value are logical essences for subsiatences,
independent of their being known, yet not eksistensial status of action in
relity. Ketiga, metaphysical
objektivisme, values or norm or ideals are integral objective an active
constituents of the Metaphysical real.
©
Karakteristik Nilai Aksiologi
Erliana
Hasan (2011) mengatakan ada dua karakteristik yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu: nilai Objektif atau Subjektif. Di pihak lain ada yang beranggapan
bahwa semua nilai relatif sesuai dengan harapan dan keinginan manusia yang
selalu berubah, maka nilai itu pun mengungkapkan perubahan itu.
Dalam
aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika.
Etika yaitu cabang filsafat yang membahas secara kritia dan sistematis masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat
manusia. Etika sendiri dalam buku Etika
Dasar yang ditulis oleh Franz Magnin Suseno diartikan sebagai pemikiran
kritia, sistematis, dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.
Pandangan
lain Amsal Bakhtiar (2011) mengatakan, sains merupakan kumpulan hasil
observasi yang terdiri dari perkembangan dan pengujian hipotesis, teori, dan
model yang berfungsi menjelaskan data. Dihadapkan dengan masalah dalam ekses
ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi ke dalam dua
golongan pendapat. Golongan pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat
netral terhadap nilai-nilai. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan
dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral.
©
Korelasi
Filsafat Ilmu dan Aksiologi
Dalam
kaitan antara nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat
dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian.
Teori
tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika di
mana makna etika memiliki dua arti, yaitu merupakan satu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai
untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Di samping itu
ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan, dimana bukan lagi teknologi
yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun
sebaliknya manusialah yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang melampaui
perkembangan budaya dan peradaban manusia.
©
Hirarki dan Aspek Nilai
Sutardjo
Wiramihardja (2007) menguraikan ada tiga pandangan yang berkaitan dengan
hierarki nilai: Pertama, kaum idealis
berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai. Kedua, kaum realis juga berpandangan bahwa terdapat tingkatan
nilai. Ketiga, kaum pragmatis menolak
tingkatan nilai secara pasti.
Perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi
manusia. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan berkah dan penyelamat
bagi manusia. Manusia terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan
kesengsaraan. manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi dan
keselamatan manusia tetapi di pihak lain hal ini juga bisa berakibat
sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan
malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang pada esensinya
sebagaimana adanya.
Dihadapkan
dalam masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama berpendapat bahwa
ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai. Golongan yang kedua
berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanya terbatas pada
metafisik keilmuwan.
Berdasarkan hal di atas, maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditunjukkan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan hakikat dan mengubah kemanusiaan.
Berdasarkan hal di atas, maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditunjukkan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan hakikat dan mengubah kemanusiaan.
Etika
keilmuwan merupakan etika yang normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis
yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam
ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuwan yaitu agar seorang ilmuwan dapat
menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan yang menghindarkan dari
yang buruk ke dalam perilaku keilmuannya.
Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada "elemen-elemen" kaidah moral, yaitu hati nurani kebebasan dan serta tanggung jawab nilai dan norma yang bersifat utilitaristik (kegunaan). Hati nurani di sini yaitu penghayatan tentang yang baik dan yang buruk yang dihubungkan dengan perilaku manusia.
Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan yaitu nilai dan norma nilai. Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia berada pada atau menjadi seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, dan budaya.
Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada "elemen-elemen" kaidah moral, yaitu hati nurani kebebasan dan serta tanggung jawab nilai dan norma yang bersifat utilitaristik (kegunaan). Hati nurani di sini yaitu penghayatan tentang yang baik dan yang buruk yang dihubungkan dengan perilaku manusia.
Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan yaitu nilai dan norma nilai. Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia berada pada atau menjadi seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, dan budaya.
Penerapan
ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa
teknologi ataupun teori emansipasi masyarakat dan sebagainya itu, mestilah
memerhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Oleh
karena itu, tanggung jawab lain yang berkaitan dengan penerapan teknologi di
masyarakat, yaitu menciptakan hal positif.
Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi melainkan harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik dan menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan kalau berani mengakui kesalahan.
Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi melainkan harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik dan menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan kalau berani mengakui kesalahan.
Tentang
tujuan ilmu pengetahuan, ada beberapa perbedaan pendapat antara filsuf dan
para ulama. Sebagian berpendapat bahwa pengetahuan sendiri merupakan tujuan
pokok bagi orang yang menekuninya, dan mereka ungkapkan hal ini dengan ungkapan
ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan, seni untuk seni, sastra untuk sastra,
dan lain sebagainya. Sebagian yang lain cenderung berpendapat bahwa tujuan
ilmu pengetahuan merupakan upaya para peneliti atau ilmuwan menjadikan ilmu
pengetahuan sebagai alat untuk menambah kesenangan manusia dalam kehidupan yang
terbatas di muka Bumi ini. Adapun pendapat yang lainnya cenderung menjadikan
ilmu pengetahuan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan umat
manusia secara keseluruhan.
Keingintahuan seseorang dalam bidang
ilmu, jika tanpa nilai, akan berjalan tidak wajar. Berkenaan dengan nilai guna
ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh
umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Memang
kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa
mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri
merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Lagi pula ilmu
memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk tetapi tergantung
pada pemilik atau manusia dalam menggunakannya.
References:
a. Buku Pembelajaran KBK Filsafat
Demikian materi yang dapat saya ceritakan kembali tentang Aksiologi dan Manfaatnya dalam Ilmu Pengetahuan pada blog sederhana saya ini. Maaf sebelumnya bila ada kesalahan kata dan arti dalam rangkuman materi saya. Semoga Tim Dosen Filsafat berkenan untuk kembali mengunjungi blog sederhana saya dan menilai bagaimana isi dan perkembangan blog saya ini.
2 comments:
blognya udah lumayan, cuma tulisannya terlalu silau, 83 ya untuk kamu.
Makasih ya dinda^^
Post a Comment