Selamat datang kembali para Tim Dosen Filsafat blok 2 ke blog saya yang sederhana ini. Pada post-an kali ini, saya akan menceritakan kembali materi yang saya dapat pada hari/tanggal, Selasa 16 September 2014, tentang Metafisika/Ontologi. Maka dengan ini, saya akan mulai menceritakannya.
Metafisika/Ontologi
©
Definisi
Nama
metafisika itu sendiri diberikan oleh Andronikos dari Rodhos pada tahun 70 SM. Terhadap karya-karya yang disusun sesudah buku Physika. Metafisika tidak
sekedar tentang alam ghaib tetapi juga tentang semua yang ada.
©
Definisi
Menurut para Tokoh
·
Aristoteles: Metafisika adalah
cabang filsafat yang mengkaji yang-ada sebagai yang-ada
·
Anton Bakker: Metafisika adalah
cabang filsafat yang menyelidiki dan menggelar gambaran umum tentang struktur
realitas yang berlaku mutlak dan umum
·
Frederick Sontag: Metafisika adalah
filsafat pokok yang menelaah ‘prinsip pertama’ (the first principle)
·
Van Peursen: Metafisika adalah
bagian filsafat yang memusatkan perhatiannya kepada pertanyaan mengenai akar
terdalam yang mendasari segala yang-ada
·
Michael J. Loux: Metafisika adalah
ilmu tentang kategori (Siswanto, 2004:7)
©
Orientasi Belajar Ontologi dalam
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu yaitu bagian dan
filsafat pengetahuan atau serjng juga disebut epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yakni episcmc yang berarti knowledge (pengetahuan)
dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier pada 1854 yang membuat dua cabang filsafat, yakni epistemologi dan
ontologi (on = being, wujud, apa + logos = teori ), ontologi (teori tentang
apa).
Pengetahuan ilmiah diperoleh secara
sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan
teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji
kebenaran (validitas) ilmiahnya. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah karena
tidak diperoleh secara sistematis-metodologis disebut sebagai pengetahuan “naluriah”.
©
Hakikat Ontologi
Ontologi merupakan cabang filsafat
ilmu yang membicarakan tentang hakikat ilmu pengetahuan. ontologi itu yaitu
ilmu yang membahas seluk beluk ilmu.
©
Tahapan dan Aspek Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan
Tahapan
|
Aspek
|
Ontologi (Hakikat
Ilmu)
|
- Objek
apa yang telah ditelaah ilmu?
- Bagaimana
wujud yang hakiki dan objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek tadi dan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang
membuahkan pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? |
Epistemologi
(Cara Mendapatkan
Pengetahuan)
|
- Bagaimana
proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
- Hal-hal
apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar?
- Apa
yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri?
- Apa
kriterianya?
- Sarana/cara/teknik
apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
|
Aksiologi
(Guna Pengetahuan)
|
- Untuk
apa pengetahuan tersebut digunakan?
- Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah moral?
- Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
- Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma- norma moral/profesional?
|
Pembicaraan
tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada.
Hakikat yaitu realitas, artinya kenyataan yang sebenarnya. Pembahasan tentang
ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab pertanyaan “apa itu ada,”
yang menurut Aristoteles merupakan the first philosophy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda-benda (sesuatu). Ontologi terbagi atas dua, yaitu
ontologi umurn yang disebut metafisika, dan ontologi khusus seperti kosmolo\gi,
theodice, dan sebagainya.
Heidegger (1981) mengatakan, istilah ontologi pertama kali diperke nalkan oleh Rudol\f Goclenius pada 1936 M, untuk menamai hakikat yang ada bersifat metafisis. Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metaflsika umum yaitu istilah lain dan ontologi. Adapun metaflsika khusus masih terbagi menjacli Kosmologi, Psikologj dan Teologi.
Dua pengertian ini merambah ke duniahakikat suatu ilmu. Ontologi membahas masalah ada dan tiada. Dengan berpikir ontologi, manusia akan memahami tentang eksistensi suatu ilmu.
Heidegger (1981) mengatakan, istilah ontologi pertama kali diperke nalkan oleh Rudol\f Goclenius pada 1936 M, untuk menamai hakikat yang ada bersifat metafisis. Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metaflsika umum yaitu istilah lain dan ontologi. Adapun metaflsika khusus masih terbagi menjacli Kosmologi, Psikologj dan Teologi.
Dua pengertian ini merambah ke duniahakikat suatu ilmu. Ontologi membahas masalah ada dan tiada. Dengan berpikir ontologi, manusia akan memahami tentang eksistensi suatu ilmu.
©
Cara Berfikir Ontologis
Menurut
Muhadjir (2011), cara berpikir ontologis dapat berbenturan dengan suatu agama. Filsafat
ilmu ontologi tidak mengajak berdebat antara ilmu dan iman. Ontologi hendak
meletakkan dasar keilmuan. ? Banyak prtanyaan yang menggelitik tentang hakikat
kesemestaan. Semakin kritis seseorang berpikir tentang ada, maka dunia mi
seolaholah semakin rumit dan semakin menarik dikaji.
Hal-hal tersebut semakin memperjelas ontologi sebagai cabang filsafat ilmu yang mencoba mencermati hakikat keilmuan. Ontologi menjadi pijakan manusia berpikir kritis tentang keadaan alam semesta yang sesungguhnya.
Pemahaman tentang arti dan hakikat filsafat itu sendiri akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam posisi perbandingan dengan ilmu lain. Filsafat berusaha menyimak dan menyingkap seluruh kenyataan dan menyelidiki sebab-sebab dasariah dan segala sesuatu. Titik berangkat filsafat yang pertama yaitu kegiatan manusia.
Filsafat berusaha menerangi dunia dengan rasio manusia, dan karenanya, filsafat lebih merupakan “kebijaksanaan duniawi”, bukan “kebijaksanaan Ilahi” yang sempurna dan mutlak abadi. Maka itu filsafat berbeda dengan ilmu teologi. Filsafat tidak pernah akan menerima secara buta berbagai pemikiran, keyakinan, egoisme keilmuan, atau pardangan kepribadian yang bersifat individual semata. Tanpa mengenal katagori dan ciri khas setiap pengetahuan dengan benar, maka kita tidak dapat menggunakannya secara maksimal bahkan dapat menjerumuskan kita. Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Hal-hal tersebut semakin memperjelas ontologi sebagai cabang filsafat ilmu yang mencoba mencermati hakikat keilmuan. Ontologi menjadi pijakan manusia berpikir kritis tentang keadaan alam semesta yang sesungguhnya.
Pemahaman tentang arti dan hakikat filsafat itu sendiri akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam posisi perbandingan dengan ilmu lain. Filsafat berusaha menyimak dan menyingkap seluruh kenyataan dan menyelidiki sebab-sebab dasariah dan segala sesuatu. Titik berangkat filsafat yang pertama yaitu kegiatan manusia.
Filsafat berusaha menerangi dunia dengan rasio manusia, dan karenanya, filsafat lebih merupakan “kebijaksanaan duniawi”, bukan “kebijaksanaan Ilahi” yang sempurna dan mutlak abadi. Maka itu filsafat berbeda dengan ilmu teologi. Filsafat tidak pernah akan menerima secara buta berbagai pemikiran, keyakinan, egoisme keilmuan, atau pardangan kepribadian yang bersifat individual semata. Tanpa mengenal katagori dan ciri khas setiap pengetahuan dengan benar, maka kita tidak dapat menggunakannya secara maksimal bahkan dapat menjerumuskan kita. Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ilmu
(sains) berasal dan bahasa Latin, scientia, yang berarti knowledge. Ilmu
bertuju\an untuk meramalkan dan memahami gejala alam. Meramalkan tidak lain
suatu proses. Ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan yang telah diolah kembali dan
disusun secara;
a.
Metodis, berarti dalam proses
menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu tidak
serampangan.
b.
Sistematis, berarti dalam usaha
menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh menggunakan
langkah-langkah tertentu yang terarah dan teratur sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu.
c.
Konsistensi (conistence) merupakan
ciri dari ilmu pengetahuan yang disebut ilmiah.
d.
Koheren, berarti setiap bagian dan
jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan
berkesesuaian.
Thales,
Plato, dan Aristoteles ialah tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dan meletakkan dasar ilmu pengetahuan. Pada zaman Yuflani Kuno, ilmu
dipandang sebagai bagian dan filsafat; pada saat lain, terpisah dan filsafat.
Ilmu dahulu dipandang sebagai disiplin tunggal (bersifat monistik).
Thales (640-546 SM) merupakan pemikir pertama, yang dalam sejarah filsafat disebut
the Father of Philosophy (Bapak Filsafat). Bangsa Yunani rnenggolongkan Thales
sebagai salah seorang dan seven wise men of greece (tujuh orang arif Yunani).
Thales mengembangkan filsafat alam (kosmologi) yang mempertanyakan asal mula,
sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta.
Pythagoras
(572-497 SM) ialah ilmuwan Yunani Kuno yang muncul sebagai ilmuwan matematika. Dalil
Pythagoras tersebut “number rules the universe” (bilangan memerintahkan jagat
raya ini). ia berpendapat bahwa matematika merupakan salah satu sarana atau
alat bagi pemahaman filsafat.
Plato
(428-348 SM) ialah filsafat besar Yunani dan ilmuwan spekulatif, yang
menegaskan bahwa filsafat atau ilmu merupakan pencarian yang bersifat perekaan
(spekulatif) tentang seluruh kebenaran. ). Ia mengajarkan bahwa geometri
merupakan ilmu rasional berdasarkan akal murni, yang berusaha membuktikan
pernyataan (proposisi) abstrak mengenai ide yang abstrak.
Aristoteles
(382-322 SM) lebih memahami ilmu sebagai pengetahuan demonstratif, tentang
sebab-sebab utama segala hal (causa prima). Ilmu dalam hal mi bersifat teoretis
(ilmu tertinggi), praktis (ilmu terapan), dan produktif (ilmu yang bermanfaat),
semuanya dalam kesatuan utuh (tidak bersifat ilmu majemuk).
Ilmu
mengalami perkembangan revolusioner pada abad modern. Muncul para tokoh pembaru
seperti Galileo Galilei, Francis Bacon, Roger Bacon, René Descartes, dan Ishak
Newton yang memperkenalkan matematika dan metode eksperimental untuk
mempelajari alam. Perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaannya di tangan Ishak
Newton. Menurut Newton, inti keilmuan yaitu pada pencarian pola data matematis,
dan karena itu ia berusaha membongkar rahasia alam dengan menggunakan
matematika. René Descartes, menunjukkan suatu kecenderungan lain di dalam paham
keilmuannya. Kenyataan mi makin menunjukkan ciri perkembangan keilmuan modern
yang bersifat majemuk dan partikular (terpisah-pisah). Menurut Descartes, ilmu
tidak memiliki basis lain kecuali akal budi. Metode akal budi dapat diterapkan
dalam problem apa pun. Auguste Comte, di sisi lain, makin memantapkan iklim
pertentangan (konflik dan kontroversi) di dalam alam keilmuan modern. Comte
mengonstatasi adanya kecenderungan keilmuan yang makin mengarah dan spektrum
keabstrakan.
©
Karakteristik Ilmu Pengetahuan
secara Ontologi
Ontologi sebagai cabang filsafat
ilmu telah melahirkan sekian banyak aliran ontologisme. Beberapa aliran dalam
bidang ontologi yakni realisme, naturalisme, dan empirisme. Atas dasar ketiga
aliran tersebut, ontologi selalu memiliki ciri-ciri khusus. Setiap aliran
memberikan gambaran luas suatu cabang keilmuan. Ciri-ciri khas terpenting yang
terkait dengan ontologi antara lain:
a.
Pertama, yang ada (being), artinya
yang dibahas eksistensi keilmuan.
b.
Kedua, kenyataan atau realitas
(reality), yaitu fenomena yang didukung oleh data-data yang valid.
c.
Ketiga, eksistensi (existence),
yaitu keadaan fenomena yang sesungguhnya yang secara hakiki tampak dari tidak
tampak.
d.
Keempat, esensi (essence), yaitu
pokok atau dasar suatu ilmu yang lekat dalam suatu ilmu.
e.
Kelima, substansi (sLbstance),
artinya membicarakan masalah isi dan makna suatu ilmu bagi kehidupan manusia.
f.
Keenam, perubahan (change), artinya
ilmu itu cair, berubah setiap saat, menuju ke suatu kesempurnaan.
g.
Ketujuh, tunggal (one) dan jamak
(many), artinya keadaan suatu ilmu dan fenomena itu terbagi menjadi dua.
Dasar
ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra
manusia. Jadi, masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris.
Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide, nilai-nilai, tumbuhan,
binatang, batu-batuan, dan manusia itu sendiri.
Kedua
objek ini akan membingkai pada berbagai penelitian. Penelitian akan menyangkut
dua metode besar, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif
merupakan suatu realitas yang tampil dalam kuantitas atau jumlah, sedangkan
kajiannya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran
materialisme, idealisme, naturalisme, atau.hylomorphisme. Ada tiga tingkatan
abstraksi dalam ontologi, yaitu:
a.
Abstraksi Fisik
b.
Abstraksi Bentuk
c.
Abstraksi Metafisik
Dalam
pemahaman ontologi ada beberapa karakter pemikiran, di antaranya monoisme. .
Haruslah satu hakikat sebagai sumber asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham
ini terbagi menjadi dua aliran: Materialisme & Idealisme. Materi atau zat
ini hanyalah suatu jenis dan penjelmaan rohani, yang meliputi:
a.
Dualisme, benda terdiri dari dua
macam hakikat.
b.
Pluralisme, segenap macam bentuk
merupakan kenyataan.
c.
Nihilisme, berasal dari bahasa
Yunani yang berarti nothing atau tidak ada.
d.
Agnotisisme, kesanggupan manusia
untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat rohani.
References:
a. Buku Pembelajaran KBK Filsafat
b. http://valuebin.files.wordpress.com/2012/02/thales-2-g.jpg
c. http://www.partiallyexaminedlife.com/wp-content/uploads/Plato-1.jpg
d. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ae/Aristotle_Altemps_Inv8575.jpg
e. http://www.visualphotos.com/photo/1x6746668/pythagoras_of_crotona_from_rosicrucian_symbolical_philosophy_1928_j_august_knapp_american_illu_1095-545.jpg
Demikian materi yang dapat saya ceritakan kembali tentang Metafisika/Ontologi pada blog sederhana saya ini. Maaf sebelumnya bila ada kesalahan kata dan arti dalam rangkuman materi saya. Semoga Tim Dosen Filsafat berkenan untuk kembali mengunjungi blog sederhana saya dan menilai bagaimana isi dan perkembangan blog saya ini.
Kamsahamnida~ ^^
3 comments:
Bagus strii sangat menambah wawasan aku kasih 90 yahh;;)
hahaha makasi ya egaaa^^
Mahasiswa/i prodi Filsafat harus membahas tuntas
Post a Comment