Monday, September 22, 2014

Metafisika/Ontologi

Pertemuan 2 A

Selamat datang kembali para Tim Dosen Filsafat blok 2 ke blog saya yang sederhana ini. Pada post-an kali  ini, saya akan menceritakan kembali materi yang saya dapat pada hari/tanggal, Selasa 16 September 2014, tentang Metafisika/Ontologi. Maka dengan ini, saya akan mulai menceritakannya.

Metafisika/Ontologi

      ©       Definisi
       Nama metafisika itu sendiri diberikan oleh Andronikos dari Rodhos pada tahun 70 SM. Terhadap karya-karya yang disusun sesudah buku Physika. Metafisika tidak sekedar tentang alam ghaib tetapi juga tentang semua yang ada.
      ©       Definisi Menurut para Tokoh
·         Aristoteles: Metafisika adalah cabang filsafat yang mengkaji yang-ada sebagai yang-ada
·         Anton Bakker: Metafisika adalah cabang filsafat yang menyelidiki dan menggelar gambaran umum tentang struktur realitas yang berlaku mutlak dan umum
·         Frederick Sontag: Metafisika adalah filsafat pokok yang menelaah ‘prinsip pertama’ (the first principle)
·         Van Peursen: Metafisika adalah bagian filsafat yang memusatkan perhatiannya kepada pertanyaan mengenai akar terdalam yang mendasari segala yang-ada
·         Michael J. Loux: Metafisika adalah ilmu tentang kategori (Siswanto, 2004:7)

       ©       Orientasi Belajar Ontologi dalam Filsafat Ilmu
        Filsafat ilmu yaitu bagian dan filsafat pengetahuan atau serjng juga disebut epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yakni episcmc yang berarti knowledge (pengetahuan) dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier pada 1854 yang membuat dua cabang filsafat, yakni epistemologi dan ontologi (on = being, wujud, apa + logos = teori ), ontologi (teori tentang apa).
        Pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah karena tidak diperoleh secara sistematis-metodologis disebut sebagai pengetahuan “naluriah”.

        ©       Hakikat Ontologi
        Ontologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang hakikat ilmu                       pengetahuan. ontologi itu yaitu ilmu yang membahas seluk beluk ilmu.

         ©       Tahapan dan Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan

Tahapan
Aspek
Ontologi (Hakikat
 Ilmu)
-   Objek apa yang telah ditelaah ilmu?
-   Bagaimana wujud yang hakiki dan objek tersebut?
    Bagaimana hubungan antara objek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
Epistemologi
(Cara Mendapatkan
Pengetahuan)
-   Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
-   Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar?
-   Apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri?
-   Apa kriterianya?
-   Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Aksiologi
(Guna Pengetahuan)
-   Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan?
-   Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah moral?
-   Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
-   Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma- norma moral/profesional?

Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat yaitu realitas, artinya kenyataan yang sebenarnya. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab pertanyaan “apa itu ada,” yang menurut Aristoteles merupakan the first philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda-benda (sesuatu). Ontologi terbagi atas dua, yaitu ontologi umurn yang disebut metafisika, dan ontologi khusus seperti kosmolo\gi, theodice, dan sebagainya.
Heidegger (1981) mengatakan, istilah ontologi pertama kali diperke nalkan oleh Rudol\f Goclenius pada 1936 M, untuk menamai hakikat yang ada bersifat metafisis. Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metaflsika umum yaitu istilah lain dan ontologi. Adapun metaflsika khusus masih terbagi menjacli Kosmologi, Psikologj dan Teologi.
Dua pengertian ini merambah ke duniahakikat suatu ilmu. Ontologi membahas masalah ada dan tiada. Dengan berpikir ontologi, manusia akan memahami tentang eksistensi suatu ilmu.


           ©       Cara Berfikir Ontologis
Menurut Muhadjir (2011), cara berpikir ontologis dapat berbenturan dengan suatu agama. Filsafat ilmu ontologi tidak mengajak berdebat antara ilmu dan iman. Ontologi hendak meletakkan dasar keilmuan. ? Banyak prtanyaan yang menggelitik tentang hakikat kesemestaan. Semakin kritis seseorang berpikir tentang ada, maka dunia mi seolaholah semakin rumit dan semakin menarik dikaji.
Hal-hal tersebut semakin memperjelas ontologi sebagai cabang filsafat ilmu yang mencoba mencermati hakikat keilmuan. Ontologi menjadi pijakan manusia berpikir kritis tentang keadaan alam semesta yang sesungguhnya.
Pemahaman tentang arti dan hakikat filsafat itu sendiri akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam posisi perbandingan dengan ilmu lain. Filsafat berusaha menyimak dan menyingkap seluruh kenyataan dan menyelidiki sebab-sebab dasariah dan segala sesuatu. Titik berangkat filsafat yang pertama yaitu kegiatan manusia.
Filsafat berusaha menerangi dunia dengan rasio manusia, dan karenanya, filsafat lebih merupakan “kebijaksanaan duniawi”, bukan “kebijaksanaan Ilahi” yang sempurna dan mutlak abadi. Maka itu filsafat berbeda dengan ilmu teologi. Filsafat tidak pernah akan menerima secara buta berbagai pemikiran, keyakinan, egoisme keilmuan, atau pardangan kepribadian yang bersifat individual semata. Tanpa mengenal katagori dan ciri khas setiap pengetahuan dengan benar, maka kita tidak dapat menggunakannya secara maksimal bahkan dapat menjerumuskan kita. Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ilmu (sains) berasal dan bahasa Latin, scientia, yang berarti knowledge. Ilmu bertuju\an untuk meramalkan dan memahami gejala alam. Meramalkan tidak lain suatu proses. Ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara;
a.    Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu tidak serampangan.
b.    Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh menggunakan langkah-langkah tertentu yang terarah dan teratur sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.
c.    Konsistensi (conistence) merupakan ciri dari ilmu pengetahuan yang disebut ilmiah.
d.    Koheren, berarti setiap bagian dan jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian.

Thales, Plato, dan Aristoteles ialah tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dan meletakkan dasar ilmu pengetahuan. Pada zaman Yuflani Kuno, ilmu dipandang sebagai bagian dan filsafat; pada saat lain, terpisah dan filsafat. Ilmu dahulu dipandang sebagai disiplin tunggal (bersifat monistik).



Thales (640-546 SM) merupakan pemikir pertama, yang dalam sejarah filsafat disebut the Father of Philosophy (Bapak Filsafat). Bangsa Yunani rnenggolongkan Thales sebagai salah seorang dan seven wise men of greece (tujuh orang arif Yunani). Thales mengembangkan filsafat alam (kosmologi) yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta.



Pythagoras (572-497 SM) ialah ilmuwan Yunani Kuno yang muncul sebagai ilmuwan matematika. Dalil Pythagoras tersebut “number rules the universe” (bilangan memerintahkan jagat raya ini). ia berpendapat bahwa matematika merupakan salah satu sarana atau alat bagi pemahaman filsafat.


Plato (428-348 SM) ialah filsafat besar Yunani dan ilmuwan spekulatif, yang menegaskan bahwa filsafat atau ilmu merupakan pencarian yang bersifat perekaan (spekulatif) tentang seluruh kebenaran. ). Ia mengajarkan bahwa geometri merupakan ilmu rasional berdasarkan akal murni, yang berusaha membuktikan pernyataan (proposisi) abstrak mengenai ide yang abstrak.


Aristoteles (382-322 SM) lebih memahami ilmu sebagai pengetahuan demonstratif, tentang sebab-sebab utama segala hal (causa prima). Ilmu dalam hal mi bersifat teoretis (ilmu tertinggi), praktis (ilmu terapan), dan produktif (ilmu yang bermanfaat), semuanya dalam kesatuan utuh (tidak bersifat ilmu majemuk).

Ilmu mengalami perkembangan revolusioner pada abad modern. Muncul para tokoh pembaru seperti Galileo Galilei, Francis Bacon, Roger Bacon, René Descartes, dan Ishak Newton yang memperkenalkan matematika dan metode eksperimental untuk mempelajari alam. Perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaannya di tangan Ishak Newton. Menurut Newton, inti keilmuan yaitu pada pencarian pola data matematis, dan karena itu ia berusaha membongkar rahasia alam dengan menggunakan matematika. René Descartes, menunjukkan suatu kecenderungan lain di dalam paham keilmuannya. Kenyataan mi makin menunjukkan ciri perkembangan keilmuan modern yang bersifat majemuk dan partikular (terpisah-pisah). Menurut Descartes, ilmu tidak memiliki basis lain kecuali akal budi. Metode akal budi dapat diterapkan dalam problem apa pun. Auguste Comte, di sisi lain, makin memantapkan iklim pertentangan (konflik dan kontroversi) di dalam alam keilmuan modern. Comte mengonstatasi adanya kecenderungan keilmuan yang makin mengarah dan spektrum keabstrakan.

            ©       Karakteristik Ilmu Pengetahuan secara Ontologi
            Ontologi sebagai cabang filsafat ilmu telah melahirkan sekian banyak aliran ontologisme. Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme, naturalisme, dan empirisme. Atas dasar ketiga aliran tersebut, ontologi selalu memiliki ciri-ciri khusus. Setiap aliran memberikan gambaran luas suatu cabang keilmuan. Ciri-ciri khas terpenting yang terkait dengan ontologi antara lain:
a.    Pertama, yang ada (being), artinya yang dibahas eksistensi keilmuan.
b.    Kedua, kenyataan atau realitas (reality), yaitu fenomena yang didukung oleh data-data yang valid.
c.    Ketiga, eksistensi (existence), yaitu keadaan fenomena yang sesungguhnya yang secara hakiki tampak dari tidak tampak.
d.    Keempat, esensi (essence), yaitu pokok atau dasar suatu ilmu yang lekat dalam suatu ilmu.
e.    Kelima, substansi (sLbstance), artinya membicarakan masalah isi dan makna suatu ilmu bagi kehidupan manusia.
f.     Keenam, perubahan (change), artinya ilmu itu cair, berubah setiap saat, menuju ke suatu kesempurnaan.
g.    Ketujuh, tunggal (one) dan jamak (many), artinya keadaan suatu ilmu dan fenomena itu terbagi menjadi dua.
Dasar ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra manusia. Jadi, masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan, dan manusia itu sendiri.
Kedua objek ini akan membingkai pada berbagai penelitian. Penelitian akan menyangkut dua metode besar, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan suatu realitas yang tampil dalam kuantitas atau jumlah, sedangkan kajiannya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau.hylomorphisme. Ada tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu:
a.    Abstraksi Fisik
b.    Abstraksi Bentuk
c.    Abstraksi Metafisik
Dalam pemahaman ontologi ada beberapa karakter pemikiran, di antaranya monoisme. . Haruslah satu hakikat sebagai sumber asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran: Materialisme & Idealisme. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dan penjelmaan rohani, yang meliputi:
a.    Dualisme, benda terdiri dari dua macam hakikat.
b.    Pluralisme, segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
c.    Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berarti nothing atau tidak ada.
d.    Agnotisisme, kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat rohani.

References:
a. Buku Pembelajaran KBK Filsafat
b. http://valuebin.files.wordpress.com/2012/02/thales-2-g.jpg
c. http://www.partiallyexaminedlife.com/wp-content/uploads/Plato-1.jpg
d. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ae/Aristotle_Altemps_Inv8575.jpg
e. http://www.visualphotos.com/photo/1x6746668/pythagoras_of_crotona_from_rosicrucian_symbolical_philosophy_1928_j_august_knapp_american_illu_1095-545.jpg

Demikian materi yang dapat saya ceritakan kembali tentang Metafisika/Ontologi pada blog sederhana saya ini. Maaf sebelumnya bila ada kesalahan kata dan arti dalam rangkuman materi saya. Semoga Tim Dosen Filsafat berkenan untuk kembali mengunjungi blog sederhana saya dan menilai bagaimana isi dan perkembangan blog saya ini.

Kamsahamnida~ ^^

3 comments:

Julia Mega Risqita said...

Bagus strii sangat menambah wawasan aku kasih 90 yahh;;)

Unknown said...

hahaha makasi ya egaaa^^

Unknown said...

Mahasiswa/i prodi Filsafat harus membahas tuntas

Post a Comment