Perkembangan Emosi dan Temperamen
pada Anak
Latar Belakang
Perkembangan kecerdasan emosional pada
dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Namun, pendidikan emosi dapat
dimulai sejak dari awal kehidupan yang berupa respon orang tua. Kebutuhan emosional
dan lahiriah anak masih sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya. Kecerdasan
emosional akan semakin berkembang jika didukung oleh aktivitas bermain yang
sesuai dengan usia.
Anak yang cukup mendapat perhatian orang
tua akan tumbuh menjadi individu yang memiliki kecerdasan emosional yang cukup
tinggi. Sebaliknya, anak yang kurang mendapat perhatian orang tua, akan tumbuh
menjadi manusia yang agresif, selalu cemas, tidak berperasaan, dan selalu
menarik diri dari lingkungannya. Contohnya seperti kasus percobaan bunuh diri
yang dilakukan oleh Heryanto pada bulan Agustus tahun 2003 silam. Hal ini
terjadi karna Ia merasa malu harus menunggak bayaran sekolahnya (UPI, 2014).
Kasus ini membuktikan bahwa perhatian orang tua sangatlah kurang sehingga anak
berani melakukan hal yang sangat berbahaya.
Definisi
Emosi dalam pandangan psikologi. Emosi merupakan bagian dari aspek
afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku
seseorang. Emosi bersifat fluktuatif dan dinamis, artinya perubahan emosi
sangat tergantung pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (Gunarsa,
2007).
Temperamen
dalam pandangan psikologi. Temperamen dalam psikologi kepribadian
konstitusi (constitution personality
psychology) diartikan sebagai cairan biokimia dalam darah individu yang
mempengaruhi perilaku untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan hidupnya (Hall,
et. al., 1998, dikutip dalam Gunarsa, 2007).
Masalah – Masalah Emosi Anak
Masalah-masalah emosi yang mempengaruhi psikologi anak. Letupan emosi pada anak, sangat
beragam. Masalah-masalah emosi tersebut di antaranya (a) Anak pemalu, biasanya
mempunyai rasa gelisah terhadap dirinya sendiri; (b) Anak rendah diri,
menganggap dirinya tidak sebanding dengan orang lain, sebaliknya, menghargai
dirinya lebih rendah daripada semua orang secara umum; (c) Anak khawatir, biasanya
mempunyai ketegangan dalam sarafnya; (d) Anak murung, biasanya disebabkan oleh
rasa bersalah, menyangkal, keraguan dalam hati, teguran, kehilangan, dan
kematian; dan (e) Anak penakut, emosi yang timbul karena adanya ancaman yang
ada dalam benaknya (Nirwana, 2011).
Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen
Secara umum, temperamen sangat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan
(environmental) (Papalia, et. al., 2004; Turner & Helms, 1995 dikutip dalam
Gunarsa, 2007)
Faktor herediter. Ialah
kondisi temperamen yang telah dibawa sejak kelahiran anak yang bersangkutan dan
ini bersifat stabil, permanent atau menetap.
Faktor
lingkungan. Ialah sejauhmana lingkungan amat mempengaruhi kondisi
temperamen individu, misalnya: perlakuan/pemeliharaan anak dari orangtua.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
Jumiati (2014) mengatakan bahwa ada dua
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak, yaitu keadaan anak dan
faktor belajar.
Keadaan
anak. Kekurangan
pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh
pada kepribadian anak.
Faktor
belajar. Pengalaman
belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka gunakan untuk
marah.
Hal
– hal yang Merangsang Perkembangan Emosi Anak
Garis
pedoman umum untuk merangsang perkembangan emosi anak. Ada sebelas pedoman
umum yang dapat merangsang perkembangan emosi anak, yaitu (a) Tenangkan anak,
terutama saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut tetapi
erat, intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat; (b) Cari cara interaksi
yang bisa memancing keterlibatan, ekspresi wajah, bunyi, sentuhan, dan
lain-lain; (c) Cari berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai
menemukan cara mana yang paling disukainya; (d) 'Bacalah' dan berespon terhadap
sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan namun ada juga saat ia
ingin menjadi lebih asertif dan mandiri; (e) Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan
gairah dalam berinteraksi; (f) Doronglah anak untuk melangkah ke tahap
perkembangan berikutnya, mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain
pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas dan bertanggung jawab
terhadap tingkah lakunya (konsekuen); (g) Jangan terlalu/kurang menstimulasi
dan memancing interaksi; (h) Jangan terlalu mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan
anak; (i) Jangan terlalu konkrit dalam bermain, padahal anak sudah beralih ke
tahap yang lebih abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya; (j) Jangan
menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga
menghadapinya; dan (k) Jangan mundur bila anak bereaksi emosi keras, tetaplah
pada tujuan (konsisten) tetapi tenangkan dia (Sulungbudi, 2006).
Cara Menstimulasi Kecerdasan Emosi
Mashar
(2011) mengatakan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, orang tua dan
pendidik perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai, seperti (a) Orang
tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan. Seperti
tidak terlalu melindungi, membiarkan anak mengalami kekecewaan, tidak terlalu
cepat membantu, dan lain-lain; (b) Memberi perhatian pada tahap-tahap
perkembangan kecerdasan emosi; dan (c) Melatih anak untuk mengenali emosi dan
mengelolanya dengan baik.
Kesimpulan
Emosi merupakan
bagian dari aspek afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan
perilaku seseorang. Sedangkan temperamen dalam psikologi kepribadian konstitusi
(constitution personality psychology)
diartikan sebagai cairan biokimia dalam darah individu yang mempengaruhi
perilaku untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan hidupnya (Hall, et. al., 1998,
dikutip dalam Gunarsa 2007).
Letupan-letupan
emosi yang terjadi pada anak sangatlah beragam, seperti pemalu, rendah diri,
khawatir, murung, dan penakut. Hal ini tentu saja membutuhkan bimbingan yang
tepat agar anak tidak lagi memiliki permasalahan seperti ini. Dalam hal ini,
banyak faktor-faktor yang dapat mengembangkan emosi dan temperamen anak,
seperti faktor herediter (keturunan), faktor lingkungan, keadaan anak, dan faktor
belajar. Selain faktor, orang tua juga dapat membantu anak dalam mengembangkan emosi
dan temperamennya melalui memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini
dilakukan, memberi perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi,
dan melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.
Daftar
Pustaka
Dariyo, A. (2007). Psikologi perkembangan anak tiga tahun
pertama. Di dalam A. Gunarsa (Ed.) Bandung: Refika Aditama.
Gunarsa, S. D. (2003). Dasar dan teori perkembangan anak.
Jakarta: Gunung Mulia.
Jumiati. (2014, 7 November). Perkembangan emosi. Di unduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babii.pdf
Mashar, R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi
pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nirwana, A. B. (2011). Psikologi ibu, bayi, dan anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulungbudi, F. (2006, 26 April).
Perkembangan emosi. Di unduh dari http://puterakembara.org/archives10/00000059.shtml
Syaodih, E. (2014, 7 November). Pengembangan prilaku sosial-emosional anak
taman kanak-kanak melalui layanan bimbingan konseling perkembangan. Di
unduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_sosio-emosional_anak.pdf