Tuesday, November 11, 2014

Perkembangan Emosi dan Temperamen pada Anak

Perkembangan Emosi dan Temperamen pada Anak

Latar Belakang
     Perkembangan kecerdasan emosional pada dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Namun, pendidikan emosi dapat dimulai sejak dari awal kehidupan yang berupa respon orang tua. Kebutuhan emosional dan lahiriah anak masih sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya. Kecerdasan emosional akan semakin berkembang jika didukung oleh aktivitas bermain yang sesuai dengan usia.
     Anak yang cukup mendapat perhatian orang tua akan tumbuh menjadi individu yang memiliki kecerdasan emosional yang cukup tinggi. Sebaliknya, anak yang kurang mendapat perhatian orang tua, akan tumbuh menjadi manusia yang agresif, selalu cemas, tidak berperasaan, dan selalu menarik diri dari lingkungannya. Contohnya seperti kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Heryanto pada bulan Agustus tahun 2003 silam. Hal ini terjadi karna Ia merasa malu harus menunggak bayaran sekolahnya (UPI, 2014). Kasus ini membuktikan bahwa perhatian orang tua sangatlah kurang sehingga anak berani melakukan hal yang sangat berbahaya.

Definisi
     Emosi dalam pandangan psikologi. Emosi merupakan bagian dari aspek afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku seseorang. Emosi bersifat fluktuatif dan dinamis, artinya perubahan emosi sangat tergantung pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (Gunarsa, 2007).
     Temperamen dalam pandangan psikologi. Temperamen dalam psikologi kepribadian konstitusi (constitution personality psychology) diartikan sebagai cairan biokimia dalam darah individu yang mempengaruhi perilaku untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan hidupnya (Hall, et. al., 1998, dikutip dalam Gunarsa, 2007).

Masalah – Masalah Emosi Anak
     Masalah-masalah emosi yang mempengaruhi psikologi anak. Letupan emosi pada anak, sangat beragam. Masalah-masalah emosi tersebut di antaranya (a) Anak pemalu, biasanya mempunyai rasa gelisah terhadap dirinya sendiri; (b) Anak rendah diri, menganggap dirinya tidak sebanding dengan orang lain, sebaliknya, menghargai dirinya lebih rendah daripada semua orang secara umum; (c) Anak khawatir, biasanya mempunyai ketegangan dalam sarafnya; (d) Anak murung, biasanya disebabkan oleh rasa bersalah, menyangkal, keraguan dalam hati, teguran, kehilangan, dan kematian; dan (e) Anak penakut, emosi yang timbul karena adanya ancaman yang ada dalam benaknya (Nirwana, 2011).

Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen
     Secara umum, temperamen sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan (environmental) (Papalia, et. al., 2004; Turner & Helms, 1995 dikutip dalam Gunarsa, 2007)
     Faktor herediter. Ialah kondisi temperamen yang telah dibawa sejak kelahiran anak yang bersangkutan dan ini bersifat stabil, permanent atau menetap.
     Faktor lingkungan. Ialah sejauhmana lingkungan amat mempengaruhi kondisi temperamen individu, misalnya: perlakuan/pemeliharaan anak dari orangtua.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
     Jumiati (2014) mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak, yaitu keadaan anak dan faktor belajar.
     Keadaan anak. Kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan  emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak.
     Faktor belajar. Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka gunakan untuk marah.

Hal – hal yang Merangsang Perkembangan Emosi Anak
     Garis pedoman umum untuk merangsang perkembangan emosi anak. Ada sebelas pedoman umum yang dapat merangsang perkembangan emosi anak, yaitu (a) Tenangkan anak, terutama saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut tetapi erat, intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat; (b) Cari cara interaksi yang bisa memancing keterlibatan, ekspresi wajah, bunyi, sentuhan, dan lain-lain; (c) Cari berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang paling disukainya; (d) 'Bacalah' dan berespon terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan namun ada juga saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri; (e) Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan gairah dalam berinteraksi; (f) Doronglah anak untuk melangkah ke tahap perkembangan berikutnya, mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen); (g) Jangan terlalu/kurang menstimulasi dan memancing interaksi; (h) Jangan terlalu mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan anak; (i) Jangan terlalu konkrit dalam bermain, padahal anak sudah beralih ke tahap yang lebih abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya; (j) Jangan menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga menghadapinya; dan (k) Jangan mundur bila anak bereaksi emosi keras, tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi tenangkan dia (Sulungbudi, 2006).

Cara Menstimulasi Kecerdasan Emosi
     Mashar (2011) mengatakan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, orang tua dan pendidik perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai, seperti (a) Orang tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan. Seperti tidak terlalu melindungi, membiarkan anak mengalami kekecewaan, tidak terlalu cepat membantu, dan lain-lain; (b) Memberi perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi; dan (c) Melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.

Kesimpulan
     Emosi merupakan bagian dari aspek afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku seseorang. Sedangkan temperamen dalam psikologi kepribadian konstitusi (constitution personality psychology) diartikan sebagai cairan biokimia dalam darah individu yang mempengaruhi perilaku untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan hidupnya (Hall, et. al., 1998, dikutip dalam Gunarsa 2007).
     Letupan-letupan emosi yang terjadi pada anak sangatlah beragam, seperti pemalu, rendah diri, khawatir, murung, dan penakut. Hal ini tentu saja membutuhkan bimbingan yang tepat agar anak tidak lagi memiliki permasalahan seperti ini. Dalam hal ini, banyak faktor-faktor yang dapat mengembangkan emosi dan temperamen anak, seperti faktor herediter (keturunan), faktor lingkungan, keadaan anak, dan faktor belajar. Selain faktor, orang tua juga dapat membantu anak dalam mengembangkan emosi dan temperamennya melalui memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan, memberi perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi, dan melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.


Daftar Pustaka
Dariyo, A. (2007). Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama. Di dalam A. Gunarsa (Ed.) Bandung: Refika Aditama.
Gunarsa, S. D. (2003). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Jumiati. (2014, 7 November). Perkembangan emosi. Di unduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babii.pdf
Mashar, R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nirwana, A. B. (2011). Psikologi ibu, bayi, dan anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulungbudi, F. (2006, 26 April). Perkembangan emosi. Di unduh dari http://puterakembara.org/archives10/00000059.shtml
Syaodih, E. (2014, 7 November). Pengembangan prilaku sosial-emosional anak taman kanak-kanak melalui layanan bimbingan konseling perkembangan. Di unduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_sosio-emosional_anak.pdf


0 comments:

Post a Comment